9 Sweet Days in Vietnam (Tips, Trick, and Budget Part 1)

DAY 1 (Touch Down Ho Chi Minh, Dame Church, Post Office, City Hall, Ben Than Market, Ar-Rahman Mosque, Mui Ne)

Salah satu ikon HCM, Dame Church.
Setelah transit selama 12 jam (bahkan lebih) di KLIA, akhirnya tibalah penerbangan gue ke Ho Chi Minh City pada pukul 00.30am yang seharusnya pukul 11.40pm. Yaps, delay kurang lebih satu jam membuat gue harus menunggu. Gue tiba di Tan Son Nhat airport kisaran pukul 01.30am dan langsung mengantri imigrasi dan mendapatkan cap. Setelah keluar dari imigrasi, gue langsung beli sim card lokal dengan harga 140.000vnd untuk internet unlimited dan gue kurang tau sampai kapan batas kartu ini aktif. Herannya, pukul 03.00am di bandara ini masih ramai dipenuhi banyak orang. Gue gak ngerti lagi, berasa gue disambut sama mereka sangking banyaknya orang. Ngomong-ngomong, bandara ini menurut gue gak terlalu besar untuk ukuran internasional airport. Mungkin cuma sebesar bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang). Di karenakan sudah pagi, jadi gak ada transportasi lain menuju kota selain menaiki Taxi. Tapi seperti yang kita tau, taxi itu gak murah. Jadi gue memutuskan buat tidur di bandara sambil menunggu pagi. (Baca juga; Tips Jadi Gembel Internasional; Tidur di Bandara Luar Negeri)

Touch down HCM babe!
Taken by, Mba Ismi.
Kisaran jam setengah 6, gue dan Mba Ismi bangun dan segera bergantian berwudhu. Kita sholat di tempat kita tidur. Karena bandara ini gak menyediakan musholla. Usai sholat gue sarapan nasi dari orang yang duduk disebelah gue di pesawat. Iya, jadi ceritanya pas gue naik gue duduk dengan pasutri Malaysia, dia ngajak ngobrol gue dan akhirnya gue cerita gue lagi solo backpacking ke Asia Tenggara. Gak lama gue tidur sejenak di pesawat, eh dia bangunin gue dan ngasih gue makanan. Mulanya gue pikir dia cuma nawarin doang gitu lho, eh taunya dia beliin gue juga! Karena gue kenyang dan ngantuk, gue bilang ke dia "I gonna eat this for my breakfast, thank you so much for the food." Dan sesuai dengan janji gue, gue makan ini buat mengisi energi sebelum menuju kota. (Baca juga: How to get the city from Tan Son Nhat Airport)


Gratis!
Ngomong-ngomong sebelum lebih lanjut lagi, gue mau kasih tau kalau Ho Chi Minh ini dulu adalah bekas jajahan Perancis, jadi wajar kalau banyak arsitektur bangunannya itu ala-ala eropa gitu. Dan juga sebutan lain dari Ho Chi Minh itu Saigon yang artinya “Mutiara dari Timur Jauh” atau “Paris di Timur”. Satu lagi fakta dari Vietnam, negara ini adalah Negara komunis. Namun bagi gue, Vietnam ini adalah Negara komunis yang manis. Yuk lanjut lagi.

Komunis yang manis.
Sampailah gue di Pham Ngu Lao kisaran pukul 7am. Sebenernya ini masih kepagian sih, jadi gue dan Mba Ismi memutuskan untuk jalan aja disekitar sekalian hunting harga bis dari HCM (Ho Chi Minh) dan kebetulan banget ada beberapa jasa tour udah buka, sekalian aja gue tanya. Mulanya gue tanya berapa harga tiket bis ke Mui Ne, dia jawab harganya itu kurang lebih 180.000vnd, gue mikir ini mahal dong ya. Akhirnya gue bilang makasih, uniknya dia ngelempar kalkulatornya dia. Kaget gue!


Mba Ismi ini kebetulan rajin banget blog-walkingnya, dia menemukan satu travel agent bus yang murah namanya “Futa” dan jam setengah 8 kita duduk di depan kantor pusatnya nungguin buka, eh kayanya ga buka-buka. Akhirnya jalan lagi dan berhenti di depan The Sinh Tourist, salah satu travel agent yang paling terkenal dan dikenal internet. Dan karena kita berdua males nyari dan capek gendong backpack yang isinya keterlaluan berat ini, akhirnya kita beli juga disini.



Setelah diskusi, akhirnya kita memilih keberangkatan jam 2 siang! Berarti kita cuma punya 6 jam buat keliling District 1. Karena gak mau lama, akhirnya kita langsung bergegas menuju ke Dame Church, salah satu ikon yang terkenal di Ho Chi Minh. Seperti yang gue bilang sebelumnya, bangunan disini bergaya klasik barat karena pengaruh jajahan Perancis. Sampainya gue di Dame Church, ternyata sebrangan dengan Post Office yang terkenal itu. District 1 ini tempat wisatanya berdekatan. Usai dari Post Office pun gue langsung jalan lagi ke City Hall dan Opera House.
 
Post Office
Wisudawan dan Wisudawati di Vietnam
Dalamnya post office
Hi Uncle Ho!
Saigon Opera House
Perut udah mulai demo di jam 10, minta di isi ternyata setelah jalan, nyasar dan juga bawa backpack yang berat di punggung. Karena udah gak kuat jalan, gue dan Mba Ismi memutuskan untuk naik grab-car aja karena kita juga mengejar waktu. Setelah order, si abang ngirim chat- mana bahasa vietnam, gue cuma balas “ok” haha. Kita menuju Ben Than Market untuk kulineran, gue menggunakan aplikasi Muslim Pro buat mencari makanan halal di sekitar. Akhirnya ketemu! Dan langsung gak pake lama kita langsung makan. Makanan yang harus di cobain banget di Vietnam itu adalah Pho, Pho ini mie gitu loh tapi sepertinya dari tepung beras gitu. Pas gue liat harganya agak shock juga, wow 90.000vnd. Kurang lebih 45rb, mahal juga ya. Tapi gak apalah, sekali ini.

PHOOOOOOOO!!! Must try, ini halal.
Selesai makan, kita masuk dulu ke Ben Than buat beli beberapa souvenir, gue ini agak sedikit menyesal karena gak beli badge buat diri gue sendiri sangking meditnya gue. Gimana engga? Menurut gue harga disini gak worth it banget. MAHAL! Gila aja gantungan kunci mereka jual 300.000vnd seharga 150rb untuk 6pcs. Duh engga deh. Setelah ditawarpun masih mahal, jadi gue cuma beli topi buat bokap. Yang uniknya, penjual tempat gue beli ini lucu banget gila! Kita ngobrol mix 4 bahasa. Inggris-Melayu-Bahasa-Jawa! Hahaha. Sumpah ini lucu banget. Gue sih diem aja liatin Mba Ismi dan penjualnya ngobrol, seru banget sih. Haha




Lihat muka mba-nya. Ekspresif banget kan? Haha
Selesai berdebat sama si Mba pedagang hahaha, gue dan Mba Ismi bergegas nyari masjid terdekat buat menjamak sholat Dzuhur dan Ashar, karena nanti bakal perjalanan bus 5 jam ke Mui Ne. Dan akhirnya kaki kita menapakkan juga Masjid Ar-Rahman. Kita istirahat sejenak, sholat, ngadem dan juga ngecharge. Setelah jam 1, kita order grab-car untuk ke The Sinh Tourist. Sedikit saran dari gue, kalau kalian mau coba naik taksi disini, coba pakai Mai Linh dan Vinasun, jangan lupa perhatikan argonya. Menurut pengalaman para traveller, 2 taksi ini otomatis nyalain argo mereka. Tapi, kalau boleh saran grab-car lebih jelas untuk argonya karena sudah terlihat di awal.
Sampai di The Sinh Tourist, gue nungguin sampai jam 2, well agak ngaret cuma gak sampai setengah jam. Dan akhirnya perjalanan 5 jam dari HCM menuju Mui Ne dimulai. Kisaran jam 8 gue sampai di Mui Ne dan stay di Mui Ne Budget Hills Hostel.

DAY 2 (White Sand Dunes, Red Sand Dunes, Fairy Stream)
Ini sudah gue tulis di artikel Riding Motor Bike in Mui Ne. Bisa langsung di kunjungi yaa :)

DAY 3 (District 10)
Usai nganterin Mba Ismi sampai depan gang karena doi mau balik ke Indo dan artinya gue bakalan sendirian disini, gue balik lagi ke hostel. Betewe gue stay di Lee Backpackers Hostel di area para backpacker mancanegara. Gue cuma tidur-tiduran sambil ngecharge, dan kisaran jam 10 gue check out dan nyobaik grab-bike menuju rumah host gue. Hari ini gue gak ngapa-ngapain, cuma stay dirumah host gue aja.
 
With Tam!

Ngomong-ngomong nama dia Tam. Tam ini buddhist, pas malemnya kita share thoughts gitu, yang bikin gue mati kutu sih dia tanya tentang “Agama Islam” karena dia bingung kenapa muslim not allow us to drink, eat pork but allow having wife more than one. Hayo. Gue bahasa Indonesia aja kikuk jawabnya, ini pake bahasa Inggris. Mau mati rasanya. Tapi gue jawab seadanya aja.

Indomie aja go internasional, masa kamu engga?
Sarapan.
Bikin energen dirumah Tam.
DAY 4 (Cholon Jamial Mosque and Bus Ride to Hiep Binh Chanh)
Hari ke 4 ini gue banyak banget bimbangnya, karena gue gak tau mau kemana haha. Akhirnya gue dianterin sama Tam untuk ke masjid terdekat yang ada di District 5. Pas gue masuk kesini rame banget dan gue malu gitu buat approach people disini, sampe adanya ada bapak-bapak manggil gue dan nanya gue dari mana. Akhirnya kita ngobrol, dan ternyata ada alumni Brawijaya disini lho! Namanya Mba Lyna, dia ini dulunya dapat beasiswa di unbraw. Gue baru tau kalau Malaysia dan Indonesia itu memberikan beasiswa buat para muslim di negara minoritas, keren sih!

Mba Lyna
Jadi ceritanya gue itu mau stay di rumah host gue, cuma dari maps aja gue liat jauh banget lokasinya dari District 7, kebetulan gue juga nanya sama mereka dimana alamatnya. Berhubung ini deket masjid dan yang jualan juga muslim akhirnya gue beli kopi (mulanya ragu, karena Mba Ismi bilang kopi pun belum tentu halal disini). Dan pertimbangan gue beli kopi karena mereka kan muslim dan beli, jadi gue juga mau deh. Akhirnya Mba Lyna ini bilang “saya anter ke terminal bus terdekat aja ya, nanti kamu tanya dia naik bus nomor berapa. Naik grab pun ini mahal dan jauh.” Dan akhirnya gue dianterin. Orang baik tersebar dimana-mana cuy. Tapi nyatanya, sampe di terminal bis gue masih gak tau mau naik bis kemana. Tulisannya tulisan Vietnam haha, sempet mau naik grab tapi mahal. Akhirnya gue buka google maps, ada panduannya. Gue tanya orang dimana pemberhentian bis no 19. Dan yang harusnya naik grab itu 40.000vnd, gue cuma bayar tiket bis 6.000vnd!



Sampai di Hiep Binh Chanh, gue nungguin dijemput host gue. Baik banget emang. Dan sampe dirumahnya, ga ada siapa-siapa karena masih pada kerja dan sekolah. Nama host gue ini Giang. Dia udah menikah dan tinggal sama suaminya, kakak ipar dan adik iparnya dia. Kita sharing banyak, dan dia mau masak untuk lunch kita berdua. Akhirnya gue bantuin dia masak! Dia kasih gue sawi (pakcoy) dan gue masak sebisa gue haha. Dan dia masakin telur dan sarden. Ternyata, walaupun gue berkerudung gak semua non-muslim itu tau kalau kita gak boleh makan babi dan harus dimasak secara halal. Hmm..

Sampai dirumah Giang.
Makan, bang!
Kita makan siang sambil share thoughts, dia ini beragama katolik dan sangat patuh sama agamis, gue bisa liat dia penganut agama yang baik. Dia udah kaya kakak gue deh, dia bener-bener take care of me very well. Gue gak kemana-mana lagi setelah sampai sini. Dan saat malam, gue bantuin Giang masak lagi untuk dinner bareng keluarganya. Mereka ngobrol pake bahasa Vietnam dan gue cuma mematung dan ngobrol kalau mereka mulai pake bahasa Inggris aja.
DAY 5 (Stay dirumah host)

Tidurnya pake kelambu hehehee.
Karena lokasi ini cukup jauh buat ke kota, dan gue lebih suka disini jadi gue memutuskan buat menggabut seharian sambil menunggu Giang dan yang lain pulang. Kisaran jam 1 Giang pulang dan bawain gue jajanan ikan gitu lho, haha. Kemudian dia manjat pohon buat ngambil mangga. Gile banget sumpah! Haha. Yah not many things actually yang gue lakukan di hari ke 5, cuma masak-ngobrol-internetan. Gue gabut hahaha. Tapi tetep enjoy karena Giang ini super friendly orangnya.





Untuk hari ke 6 sampai 9 bisa lanjut di 9 Sweet Days in Vietnam Part 2 karena lumayan panjang ceritanya. Di part kedua, gue bakalan kasih tau gimana pengalaman gue masak masakan lokal di Vietnam. Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

5 comments

  1. Di fairystream potonya kakiku semuaan Dii wkwkwk

    ReplyDelete
  2. Wah seru ya pengalamannya. Hmm.. Sepertinya di mana2 kita makin mudah menemukan org indonesia ya hihihi..

    ReplyDelete
  3. Saya waktu sma pernah backpakeran ke vietnam, waktu mata uangnya muraaaahh bnht dr rupiah, meskipun msh murah jg sih skrng. Hal yg selalu saya ingat adalah orang vietnam ngak tau pork tapi tau pig. Kalau bilang no pork tetap di ksh yg babi, tapi kl bilang no Pig baru paham hahahah

    ReplyDelete
  4. pengen ke Vietnam, tapi nungguin tiket murah belum nemu :(

    ReplyDelete
  5. Waaaaw seru banget ini ke Vietnam nginepnya di host, ya.. Jadi lebih berasa deket sama budaya orang sana.. :D Aku pingin banget bisa ke Mui Ne itu, liat fotonya aja bikin mupeng.. :D

    ReplyDelete