Umur 25 Tahun? Mesti Ngapain sih Sebenernya? | Mental Health Matters!

Terkadang gue ngerasa kalau waktu berjalan sangat cepat. Lebih cepat dari apa yang gue bayangkan. Gak berasa, tahun depan gue akan menginjakkan umur 25 tahun. Rasanya, baru aja 5 tahun lalu gue memberanikan langkah kaki gue untuk berjalan sesukanya, memilih langkah yang ia inginkan, menuju ke jalan yang ia sukai. Membiarkannya melangkah, sesukanya.


umur-25-harusnya-ngapain

Masa muda.. Berjalan terlalu cepat, ya?

Gue suka berpikir seperti itu. Di satu sisi, gue sangat bersyukur that i started early. Gue bersyukur memiliki keluarga yang mendukung penuh apa yang gue inginkan. Gue bersyukur memiliki orang tua yang membebaskan gue untuk memilih jalan gue, menentukan apa yang gue mau. Dengan syarat, jaga kepercayaan mereka.

Disaat beberapa temen gue yang sudah berani mengambil langkah berani seperti ke jenjang pernikahan, memiliki keluarga kecil hingga memiliki 'anak', gue disini masih terbelenggu. Suka mikir juga. Kok bisa ya? Berani banget sih mereka? Disaat mereka sibuk menentukan mau nambah anak kedua, gue masih sibuk mikirin mau makan apa ya? Sesimpel milih makan setiap harinya aja, udah sulit haha. Kayak mikir, makan ayam lagi ayam lagi~~~

Tapi balik lagi. Hidup adalah pilihan dan setiap orang bebas untuk memilih hidupnya. Dalam hidup, gak ada takaran mana yang lebih baik di hidup seseorang. Kita nggak pernah tau pasang surut orang lain. Apa yang kita lihat di sosial media mereka, tidak mencerminkan kehidupan mereka yang sebenarnya. Kita pun gak bisa menilai 15 detik yang kita tonton di story, dengan 24 jam kehidupan mereka.

Begitupun dengan gue, apa yang kalian lihat di story gue sama sekali nggak menggambarkan kehidupan gue sepenuhnya.

Beberapa bulan lalu, bisa dibilang gue lagi di "titik rendahnya" hidup gue. Lebih tepatnya pas PPKM kemarin, gue ngerasa gak stabil batin. Udah mencoba mendekatkan diri ke tuhan pun, rasanya tetep gak tenang. Pikiran kacau, mikir ke arah negatif pun pernah banget. Kayak gue kehilangan semangat buat hidup. Lelah banget rasanya. Mau nangis nggak bisa, apapun serba salah.

Dari sini gue akhirnya sadar. Ternyata mental nggak sehat itu kurang lebihnya gini ya?

Belajar untuk Empati dengan Keadaan Orang Lain

Gue sadar banget, nggak semua orang akan relate dengan kita dan juga kehidupan kita. Ada orang yang nggak peduli atau bahkan merasa hidupnya lebih berat dari kita. Padahal setiap orang takarannya berbeda.

Ada suatu ketika, gue update mengenai keadaan gue. Ya memang semua orang bebas beropini sih, asal dengan syarat paham etikanya. Waktu itu gue bilang, gue lagi gak stabil. Emosi lagi naik turun dan gue ngerasa lagi gak menikmati hidup. Ada seorang kawan lama yang reply "nikmatin mar.... belum kalau nanti udah punya anak, punya mertua, bla bla bla.." trus gue bergumam dalam hati "lha dipikir yang bisa punya masalah orang yang udah berkeluarga doang?"

Dari sini gue paham, memang menjadi pendengar itu sulit. Menawarkan diri jadi pendengar apalagi. Itulah mengapa ada pepatah lebih baik diam. Atau seenggaknya, memberikan semangat sekedar "semangat ya..." mungkin akan sedikit lebih membantu.

Gue paham semua orang punya masalahnya masing-masing. Tapi untuk membandingkan masalah orang dengan masalah kita, rasanya gak adil. Karena kita gak pernah tau "point of view" dari sisi orang tersebut. Kita cuma melihat dari luar aja.

Umur 25? Mau Ngapain Sih?

Untuk saat ini, gue lagi sibuk banget membiasakan diri dengan keadaan yang tidak pasti seperti saat ini. Gue memang bukan orang yang memiliki planning yang baik, tapi gue terbiasa untuk menjadwalkan diri untuk melakukan A melakukan B.

Pandemi ini memberikan banyak banget pelajaran. Kalau hidup ini gak pasti, kita boleh berencana tapi ada tuhan yang selalu menentukan dan sudah menyiapkan yang terbaik. Yang penting memberikan usaha terbaik, apapun hasilnya nanti percaya itu yang diberikan, memang dibutuhkan.

Trus planning tahun depan apa? Setelah menginjakkan kaki di umur 25 tahun?

Yang pertama bersyukur kalau masih diberi umur. Kalau bisa diberi rezeki lebih, ingin membahagiakan orang terdekat khususnya keluarga yang selalu memberikan support lahir batin dan juga temen-temen yang selalu ada.

Semakin kesini gue berasa, temen yang dulu gue anggap dekat pun sekarang memiliki jarak. Namun akan ada orang baru lagi yang mengisi dan juga menemani.

Dipikiran gue saat ini, gue cuma mau bahagia. Mau melakukan apa yang gue inginkan tanpa terlalu memikirkan masa depan berlebihan. Harta bisa dicari, begitu juga dengan kebahagiaan. Gue mau menjalankan hidup sebaik mungkin dan mau menjadi berguna untuk orang banyak.

Untuk kalian yang baca ini.. Semangat. Gak perlu khawatir berlebihan dengan masa depan, jalani dan nikmati masa sekarang. Kita gak akan pernah bisa memprediksikan apa yang terjadi nanti. Banyak-banyak bersyukur dengan apa yang kita miliki. Kalau di rasa batin gak tenang dan butuh teman bicara, gue sangat merekomendasikan untuk ke psikolog untuk konsuling. I've been there and it's work. At least, hati gue sedikit tenang setelah berkonsultasi dengan mereka.

Selamat hari kesehatan mental. Semoga kita bisa berbahagia dengan cara kita sendiri.

No comments