Perayaan Lampion Waisak 2017 (Latern of Hope)

Niat awal ke Jogja pada mulanya cuma pengen melihat festival penerbangan lampion dalam Perayaan Waisak 2017 di Candi Borobudur. Pertama kali ke Jogja waktu perpisahan sekolah tahun 2014 lalu, otomatis gue gak tau banyak tentang Jogja. Gue udah punya tiket kereta, yang berarti satu langkah menuju Jogja sudah terealisasikan. Gue mulai pasang Public Trip di Couchsurfing, banyak yang mulai send message tapi kebanyakan yang datang terus menghilang. Ini hati, bukan maenan. Oke skip. Gue ketemu Keyra di CS, dia mulai nanya-nanya ke gue tapi gue gak tau mau bales apa karena gue gak tau. Dan berakhir dia ikut Tour buat dateng ke perayaan waisak dengan membayar Rp450.000. Berhubung gue adalah backpacker alias student low cost alias kere, orang kayak gue untuk mengeluarkan Rp1000 aja butuh pertimbangan. Dan pada akhirnya gue mendapatkan temen bareng dari couchsurfing.


Perayaan Lampion Waisak di Yogyakarta
Foto by Mas Mahfud

3 Amazing Days In Yogyakarta

Entah sejak kapan kalimat “Don’t Think, Just Go.” udah mulai merasuk kedalam tubuh gue ini. Berawal dari salah satu temen gue yang ngajak gue untuk dateng ke perayaan waisak yang bertepatan pada 11 Mei 2017 di Candi Borobudur. Mulanya sih gue gak tau apa-apa tentang perayaan waisak ini, dipikiran gue yang penting gue jalan! Iseng-iseng berhadiah, gue buka traveloka buat ngecek harga tiket kereta dan kebetulan lagi ada promo. Berhubung gue lagi pegang uang pas-pasan jadi gue tunda. Sampe akhirnya diskon terakhir itu tanggal 31 Maret 2017, dan tanpa pikir panjang gue booking tiket dari tanggal 9-12 dengan harga Rp125.000 PP. Well, I feel the luckiest person at the moment (padahal yang dapet diskon bukan gue doang).

Yap, sampe H-7 yang ada dibayangan gue, cuma gue ke Jogja stay di tempat Jesis dan dateng perayaan waisak. No planning. Yang lebih mengejutkan buat gue, gaji di bulan April gak sesuai dengan ekspetasi. Gue gajian tanggal 4 Mei, berarti H-5 sebelum keberangkatan. Dan gaji gue, it’s under 500k. Sedangkan banyak yang harus gue bayar. Mendadak gue stress, hampir gue punya pikiran mau cancel tiket karena gue tau apa yang dipaksain itu gak baik apalagi perasaan itu gak bisa dipaksa. Tapi cancel yang balik hanya 75% bukan 100%. Makin stress lagi gue, mau guling-guling. Sampe akhirnya gue merenung alias bikin teh (cara menghilangkan stress paling ampuh buat gue), gue memutuskan buat “oke, gue berangkat. walaupun cuma bawa uang pas-pasan.”

Grocer’s Inn Kuala Lumpur

Ini hostel yang paling menyeramkan awalnya buat gue. Kenapa? Saat gue di Sleepy Kiwi Hostel Singapore, gue lagi ngobrol-ngobrol sama orang asli Indonesia dan kita lagi ngomongin mau tidur di Changi. Dan orang Malaysia ini ikutan, alhasil malah jadi curhat kalo kita mau ke Malaysia besok pagi. Dia sempet nanya ke gue mau tidur dimana pas di Malaysia nanti? Gue jawab dengan santai “Di Grocer’s Inn, di Chinatown.” Tiba-tiba ekspresi wajahnya langsung beda. Gue tanya dong kenapa. Eh kata doi kalau di Chinatown itu banyak copet karena temennya dia pernah berpengalaman. Dia menyarankan gue untuk stay di Bukit Bintang. Tapi, gue udah booking! Gimana dong? Gue dengan sigap langsung googling tentang lokasi dan segala macamnya. Dan ya bener, dari pengalaman blogger ada aja yang kena copet. Tapi gak terlalu parah. Yang buat gua panik itu adalah, gua perempuan dan sendirian! Nanti kalo gua dicopet, gua gak bisa pulang? Gak punya duit, trus gua ketemu jodoh disana? Ah, rasanya terlalu berlebihan.


Discovery Guest House Hostel Melaka




Sebelum gue memutuskan untuk membooking hotel di Melaka, gue mencoba baca dari pengalaman blogger Indonesia. Dan hasil yang gue dapatkan kalau mereka rata-rata booking hostel on the spot. Cara ini agak sedikit mengerikan sebenernya. Kenapa? Gue agak takut aja kalau misalnya kalau hostel yang mempunyai fasilitas baik udah full dan yang utama adalah harganya “Mahal”. Sekali lagi, gue adalah traveller yang budgetnya luar biasa low nya. Dan gue akhirnya memutuskan untuk booking via traveloka. Gue search lokasi dan menentukan tempat, kemudian gue sortir harga dari yang terendah. Harga terendah di Melaka ini sekitar Rp30.000, cuma pas diliat previewnya kurang bagus. Jadi gue memutuskan untuk melihat ke bawah-bawahnya. Finally, gue menemukan Discovery Guest House! Liat preview dan foto di lokasi, wah oke juga. Kebiasaan gue setelah gue menemukan hostel yang baik dan murah, gue langsung buka maps untuk memastikan kalau hostel gue gak terlalu jauh dari pusat kota, atau seengganya gue bisa jalan kaki gak terlalu jauh lah. Ternyata, Discovery Hostel ini dekat dari Bangunan Merah atau The Stadthuys, dan tanpa pikir panjang gue langsung booking aja.

Backpacking Singapore-Melaka-KL Story ( DAY 3 = From Singapore to Melaka, Jonker Walk, Kampung Hulu Mosque )

Pagi telah tiba, gue bangun dari tidur gue yang cuma kurang lebih 3 jam. Sumpah gue ngerasa kaya zombie. Temen gue hari ini flight balik ke Jakarta, dan disini saatnya gue melanjutkan perjalanan gue sendiri, not really alone sih sebenernya. Karena gue bakalan go straight sama Gendis. Yang gue lakuin setelah bangun adalah cari minum dan cari dispenser untuk buat energen, setelah bertanya ke costumer service gue bergegas bikin minum. Selesai buat energen, gue charge peralatan gue yaitu hp dan kamera digital untuk berperang hari ini. Haha. Ah iya, ada kakak yang namanya kak Vyvyn, dia kasih gue salah satu boneka pokemon yang ada di Changi (katanya pas gue tidur bonekanya ini di bagi-bagi, dan kebetulan kakak ini ngambilin buat gue sebagai hadiah ulang tahun katanya. Big thanks kak!) kurang lebih jam 9 lewat setelah gue selesai melakukan ritual pagi, gue pamit sama kakak-kakak ini dan take a wefie first! Cheers. Berhubung gue beli STP yang masa berlakunya 2 hari, so udah pasti masa berlaku STP gue habis hari ini. Jadi gue kembali ke ticket office ambil jaminan gue seharga $10. Dan gue beli tiket kereta (ibaratnya semacam tiket Komuter Jabodetabek) untuk menuju woodlands untuk sarapan, ini rekomendasi dari Seri katanya makanan disini enak, murah, halal. Dan ini fakta.


Last picture in Changi with those persons