Lulus di umur 17 tahun menyebabkan gue sedikit lebih cepat merasa dewasa di banding yang lainnya. Gue kelahiran 1997 sedangkan temen-temen gue lahir di tahun 1996. Sedikit merasa menabung umur di bandingkan yang lainnya. Dan karena gue anak pertama, yang udah dari awal terlatih untuk "lebih dewasa" dan "mengalah" (dalam artian jadi seorang kakak) membuat gue tumbuh jadi orang yang pantang menyerah untuk menggapai ambisi gue.
Ketika lulus teman-teman bingung ingin lanjut kuliah atau bekerja, gue malah terfokus cuma untuk ikut SBMPTN dan yang penting lulus dan gue kuliah gratis (gue terdaftar siswa dengan bidik-misi). Tapi, bukan rezeki gue dan akhirnya gue gak lulus.. Orang tua gue sempat menawarkan gue untuk kuliah, namun gue tolak karena gue bilang mau break dulu belajar.
Gue mendapatkan pekerjaan pertama gue, yaitu jadi kasir valet di Thamrin City. Namun cuma 2 bulan, karena ada masalah di Thamrin yang membuat gue akhirnya di mutasi di Senayan City. 4 bulan bertahan kerja di Senayan City yang mulanya cuma jadi keyguard, sampe akhirnya jadi kasir dan mewajibkan gue pakai lense. Setelah 6 bulan gue memutuskan buat resign dan mudik ke Palembang. Fokus gue saat ini adalah SBMPTN, dan target gue 2015 harus udah kuliah.
Ketika lulus teman-teman bingung ingin lanjut kuliah atau bekerja, gue malah terfokus cuma untuk ikut SBMPTN dan yang penting lulus dan gue kuliah gratis (gue terdaftar siswa dengan bidik-misi). Tapi, bukan rezeki gue dan akhirnya gue gak lulus.. Orang tua gue sempat menawarkan gue untuk kuliah, namun gue tolak karena gue bilang mau break dulu belajar.
Gue mendapatkan pekerjaan pertama gue, yaitu jadi kasir valet di Thamrin City. Namun cuma 2 bulan, karena ada masalah di Thamrin yang membuat gue akhirnya di mutasi di Senayan City. 4 bulan bertahan kerja di Senayan City yang mulanya cuma jadi keyguard, sampe akhirnya jadi kasir dan mewajibkan gue pakai lense. Setelah 6 bulan gue memutuskan buat resign dan mudik ke Palembang. Fokus gue saat ini adalah SBMPTN, dan target gue 2015 harus udah kuliah.
Kayaknya udah berkali-kali gue jelasin bahwa gue adalah SBMPTN fighter selama 3 tahun tapi gak pernah lulus, hahaha. Mulanya pada pengumuman SBMPTN 2015 dan di nyatakan gue gak lulus, tadinya mau nunda lagi karena gue gak tau mau kuliah di mana. Tapi gue inget ada temen gue kuliah di Tama, akhirnya gue ikutan kuliah di Tama dan karena ada jurusan yang gue incer juga sih.
Kuliah di umur 18, masih punya ambisi yang besar untuk kuliah sambil kerja. Sampai akhirnya gue bisa kerja di umur 19 tahun saat libur semester 2 di salah satu sekolah inklusi di Depok sebagai Shadow Teacher. Cita-cita gue dari kecil mau jadi wartawan, tapi setelah gue SMK gue lebih pengen jadi guru. Tapi gak pernah terbesit di otak gue untuk jadi Shadow Teacher yang notabene-nya gue memegang anak berkebutuhan khusus, yang harus berada banget di samping dia bahkan sampai urusan toilet pun gue yang urus. Kasarnya sih gue kaya baby-sitter, tapi postifnya gue lebih belajar untuk sabar dan mengerti seorang anak spesial. Gue cuma bisa kerja di sini selama 2 bulan, karena gue harus lanjut lagi kuliah. It means gue harus pisah sama Nikko (anak yang gue pegang). Nikko yang tadinya bener-bener manja banget, sampai akhirnya udah bisa ke toilet sendiri, gue berasa terharu dan sedih saat harus pisah.
Gue dateng ke sebuah seminar bareng temen-temen gue, gue lupa seminar tentang apa itu. Tapi yang pasti di seminar ini adalah kali pertama gue ketemu sama Pandhu Waskitha sekaligus orang yang menginspirasi gue. Gue menyukai "menulis" dari gue di bangku SMP, bahkan dulu gue bikin novel di buku tulis dan nyuruh semua temen gue baca. Tapi di SMK gak pernah gue dalami lagi, dan setelah dateng seminar itu, gue merasakan suatu ambisi yang baru, untuk menjadi penulis di blog gue yang bertemakan dengan Travelling.
Masuklah semester 3, di mana gue harus pilih konsentrasi jurusan dan akhirnya gue ngambil Public Relations karena beberapa aspek yang cenderung gue suka salah satunya Public Speaking dan Public Relation Writing. Gue ngerasa jurusan ini akan cocok dengan gue. 2016 seems nice to me, gue punya banyak temen, gue punya sahabat yang selalu ada buat gue dan gue pun gak merasa kesepian.
Untuk masalah percintaan, terakhir gue berhubungan itu dari Maret 2012 dan kandas Maret 2013 (dan ini Mei 2018, jadi gue udah 5 tahun lebih sendiri? haha). Tapi setelah gue putus gue sempet suka sama adek kelas gue di SMK tapi dia gak peka bahkan sampai di akhir haha (guess who?). Selama gue kerja pun, beberapa kali ada yang deketin bahkan nembak gue, tapi gue tolak semua karena gue mau fokus dengan diri gue. Gue memperluas jaringan pertemanan gue, gue join couchsurfing dan punya teman dari Malaysia dan Singapura (dan sampai sekarang masih berkomunikasi).
Menuju umur ke-20, tepatnya bulan Februari, pertama kalinya gue menginjakkan kaki ke Luar Negeri. Saat itu gue punya seseorang, bukan pacar tapi bisa di bilang pendengar terbaik gue. Namanya Bayu, dia tinggal di Surabaya. In fact, kita belum pernah ketemu. Cuma via handphone, tapi gue nyaman dengan kehadiran dia yang selalu bisa menghibur gue. Sebenarnya kita kenal dari tahun 2015, dan masih bertahan hingga awal 2017. Di ulang tahun gue yang ke-20, dia ngirimin gue cover "jamrud - selamat ulang tahun". Kehadiran sosok dia, yang selalu bisa jadi air di saat gue berapi-api, menjadi pendengar yang baik saat gue marah, menenangkan gue dan menasehati gue dengan caranya dia membuat gue merasa cukup. Bisa di bilang gue masih tergolong bisa melakukan apapun sendiri atau setidaknya gue punya sahabat yang selalu ada, jadi yang gue cuma butuh pendengar setia.
Gue bukan tipikal yang mudah untuk merasa nyaman, gue mungkin bisa "suka" entah itu physicly or karena sifat, tapi untuk merasa nyaman itu susah. Tapi, gue gak sadar.. Di keadaan kita yang belum pernah ketemu, di tambah lagi he has a charm, gue gak pernah nanya dia punya pacar atau engga. Sampai akhirnya gue sadar dia udah berubah, dan April 2017 tepat di Ulang Tahun kota Depok dia masang foto sama ceweknya. Gue cuma bisa tersenyum, kita ngobrol dan menemukan kesimpulan bahwa kita bakalan jadi teman biasa. Dia bilang, dia juga nyaman dan juga baper sama gue cuma keadaan kita yang "jauh" ini jadi permasalahan buat dia. Faktanya setelah itu gue malah lost contact.
Tapi karena gue sedang menikmati masa-masa ambisi gue yang menggebu-gebu untuk menjadi seorang Travel Blogger, gue gak pikir panjang masalah itu. Dan juga itu bukan kali pertama dia ninggalin gue, jadi gue udah biasa walaupun gue tau itu adalah benar-benar yang terakhir. Gue menikmati di saat gue melakukan travelling, ketemu orang baru, ketemu "cowok" baru yang akhirnya nyangkut, but as you know everythings turn temporary hahaha. Iya, setiap gue travelling memang ada yang nyangkut, tapi cuma sesaat dan menghilang karena lagi-lagi masalah "jarak" haha.
Namun lagi-lagi, gue gak pernah memprioritaskan "hubungan" sejak 2016 lalu, karena gue sedang fokus dengan dunia gue. Tapi di tahun 2017, I don't know why I started to consider a relationship is a matter. Semenjak sahabat gue, Icul udah punya "someone" gue merasa lebih hampa. Kenapa? Karena yang tadinya gue melakukan apapun dengan dia, gue merasa posisi gue sedikit "agak" tergantikan dan seakan-akan "ini lho waktunya lu juga mencari seseorang". Tapi gue menolak hal tersebut, gue takut suka sama orang akan men-distract gue dalam melakukan kegiatan.
Sempat jadi panitia penerimaan mahasiswa baru dan jadi MC, sehingga mungkin lebih di inget oleh beberapa maba yang menghasilkan saat "makrab" ada beberapa junior yang mepet hahaha. Dari yang agresif banget, sampe kasih gue jarak tapi gue bisa baca maksud dia. But again, untuk saat itu menjalin hubungan bukan jadi prioritas gue. Dan satu persatu pun mundur (di cuekin masa iya masih mau bertahan? haha). Gue juga lagi fokus sama next-trip gue waktu itu. Makrab bulan September, dan gue mau backpacking lagi bulan Februari. Jadi punya hubungan sama orang jelas akan mengganggu.
Perjalanan dari September sampai Februari ini jatuh bangun sih, perjuangan ngumpulin uang buat travelling gak semudah itu di tambah untuk beli apa-apa gue pakai uang pribadi. Sempet stress juga, karena gue mudah banget terganggu oleh hal-hal kecil. Tapi untuk masalah yang berhubungan dengan "keluarga" gue gak bisa terbuka ke semua orang. Icul, yang udah jadi sahabat gue saat SMK aja baru tau masalah internal gue kisaran tahun 2015. Gue udah terbiasa memendam masalah yang bisa dibilang berat. Jadi untuk hubungan, gue bisa sedikit menyampingkan itu.
Sampai akhirnya trip Februari gue berhasil dilaksanakan, selama 19 hari. Dengan penuh perjuangan, dengan penuh dukungan, I've passed it!!! Gokil. Gue bener-bener berhasil melampaui batas diri gue. Pulang dari perjalanan tersebut, gue merasa sedikit berubah. Gue lebih sering merasa kosong, lebih mudah tersinggung, dan lebih jadi pemikir. Entah negatif dan positifnya itu imbang.
Di satu sisi gue udah merasa jenuh kerja sambil kuliah, gue kerja di Kumon sejak Januari 2017. Yang berarti udah satu tahun lebih, dan gue kuliah. Sebenernya semester 6 ini cuma ada 6 mata kuliah, jauh lebih sedikit dari semester 1-5. Tapi entah kenapa gue jadi lebih sering merasa terbebani dengan itu. Gue mulai sedikit lebih malas kerja, dan segala macamnya. Seperti gue lagi berada di titik jenuh, tapi entah gue pun gak yakin.
Gue lagi di masa di mana gue sedang bimbang pada banyak hal, di mana gue juga sedang mengalami krisis ekonomi maupun krisis diri. Di mana gue juga gak tau harus melakukan apa yang pada akhirnya gue mengikuti alurnya aja. Karena gak ada perlawanan dari diri gue, ambisi gue seakan-akan perlahan luntur tanpa ada alasan yang jelas...
Di balik itu gue sedang berusaha untuk merubah diri gue setidaknya menjadi yang lebih baik lagi. Dari yang mulanya masih suka ngaret, sedikit-sedikit udah gue kurangin. Anyway, dibanding gue nunggu berjam-jam lebih baik gue mengelilingi Mall sampai gue bosen di bandingkan gue diem aja. Karena basically gue bukan termasuk orang yang sabar.
Tertanda, gue yang sedang pusing di sela-sela tugas kuliah dan menuju uas dan nunggu ngantuk...
Gue dateng ke sebuah seminar bareng temen-temen gue, gue lupa seminar tentang apa itu. Tapi yang pasti di seminar ini adalah kali pertama gue ketemu sama Pandhu Waskitha sekaligus orang yang menginspirasi gue. Gue menyukai "menulis" dari gue di bangku SMP, bahkan dulu gue bikin novel di buku tulis dan nyuruh semua temen gue baca. Tapi di SMK gak pernah gue dalami lagi, dan setelah dateng seminar itu, gue merasakan suatu ambisi yang baru, untuk menjadi penulis di blog gue yang bertemakan dengan Travelling.
Masuklah semester 3, di mana gue harus pilih konsentrasi jurusan dan akhirnya gue ngambil Public Relations karena beberapa aspek yang cenderung gue suka salah satunya Public Speaking dan Public Relation Writing. Gue ngerasa jurusan ini akan cocok dengan gue. 2016 seems nice to me, gue punya banyak temen, gue punya sahabat yang selalu ada buat gue dan gue pun gak merasa kesepian.
Untuk masalah percintaan, terakhir gue berhubungan itu dari Maret 2012 dan kandas Maret 2013 (dan ini Mei 2018, jadi gue udah 5 tahun lebih sendiri? haha). Tapi setelah gue putus gue sempet suka sama adek kelas gue di SMK tapi dia gak peka bahkan sampai di akhir haha (guess who?). Selama gue kerja pun, beberapa kali ada yang deketin bahkan nembak gue, tapi gue tolak semua karena gue mau fokus dengan diri gue. Gue memperluas jaringan pertemanan gue, gue join couchsurfing dan punya teman dari Malaysia dan Singapura (dan sampai sekarang masih berkomunikasi).
Menuju umur ke-20, tepatnya bulan Februari, pertama kalinya gue menginjakkan kaki ke Luar Negeri. Saat itu gue punya seseorang, bukan pacar tapi bisa di bilang pendengar terbaik gue. Namanya Bayu, dia tinggal di Surabaya. In fact, kita belum pernah ketemu. Cuma via handphone, tapi gue nyaman dengan kehadiran dia yang selalu bisa menghibur gue. Sebenarnya kita kenal dari tahun 2015, dan masih bertahan hingga awal 2017. Di ulang tahun gue yang ke-20, dia ngirimin gue cover "jamrud - selamat ulang tahun". Kehadiran sosok dia, yang selalu bisa jadi air di saat gue berapi-api, menjadi pendengar yang baik saat gue marah, menenangkan gue dan menasehati gue dengan caranya dia membuat gue merasa cukup. Bisa di bilang gue masih tergolong bisa melakukan apapun sendiri atau setidaknya gue punya sahabat yang selalu ada, jadi yang gue cuma butuh pendengar setia.
Gue bukan tipikal yang mudah untuk merasa nyaman, gue mungkin bisa "suka" entah itu physicly or karena sifat, tapi untuk merasa nyaman itu susah. Tapi, gue gak sadar.. Di keadaan kita yang belum pernah ketemu, di tambah lagi he has a charm, gue gak pernah nanya dia punya pacar atau engga. Sampai akhirnya gue sadar dia udah berubah, dan April 2017 tepat di Ulang Tahun kota Depok dia masang foto sama ceweknya. Gue cuma bisa tersenyum, kita ngobrol dan menemukan kesimpulan bahwa kita bakalan jadi teman biasa. Dia bilang, dia juga nyaman dan juga baper sama gue cuma keadaan kita yang "jauh" ini jadi permasalahan buat dia. Faktanya setelah itu gue malah lost contact.
Tapi karena gue sedang menikmati masa-masa ambisi gue yang menggebu-gebu untuk menjadi seorang Travel Blogger, gue gak pikir panjang masalah itu. Dan juga itu bukan kali pertama dia ninggalin gue, jadi gue udah biasa walaupun gue tau itu adalah benar-benar yang terakhir. Gue menikmati di saat gue melakukan travelling, ketemu orang baru, ketemu "cowok" baru yang akhirnya nyangkut, but as you know everythings turn temporary hahaha. Iya, setiap gue travelling memang ada yang nyangkut, tapi cuma sesaat dan menghilang karena lagi-lagi masalah "jarak" haha.
Namun lagi-lagi, gue gak pernah memprioritaskan "hubungan" sejak 2016 lalu, karena gue sedang fokus dengan dunia gue. Tapi di tahun 2017, I don't know why I started to consider a relationship is a matter. Semenjak sahabat gue, Icul udah punya "someone" gue merasa lebih hampa. Kenapa? Karena yang tadinya gue melakukan apapun dengan dia, gue merasa posisi gue sedikit "agak" tergantikan dan seakan-akan "ini lho waktunya lu juga mencari seseorang". Tapi gue menolak hal tersebut, gue takut suka sama orang akan men-distract gue dalam melakukan kegiatan.
Sempat jadi panitia penerimaan mahasiswa baru dan jadi MC, sehingga mungkin lebih di inget oleh beberapa maba yang menghasilkan saat "makrab" ada beberapa junior yang mepet hahaha. Dari yang agresif banget, sampe kasih gue jarak tapi gue bisa baca maksud dia. But again, untuk saat itu menjalin hubungan bukan jadi prioritas gue. Dan satu persatu pun mundur (di cuekin masa iya masih mau bertahan? haha). Gue juga lagi fokus sama next-trip gue waktu itu. Makrab bulan September, dan gue mau backpacking lagi bulan Februari. Jadi punya hubungan sama orang jelas akan mengganggu.
Perjalanan dari September sampai Februari ini jatuh bangun sih, perjuangan ngumpulin uang buat travelling gak semudah itu di tambah untuk beli apa-apa gue pakai uang pribadi. Sempet stress juga, karena gue mudah banget terganggu oleh hal-hal kecil. Tapi untuk masalah yang berhubungan dengan "keluarga" gue gak bisa terbuka ke semua orang. Icul, yang udah jadi sahabat gue saat SMK aja baru tau masalah internal gue kisaran tahun 2015. Gue udah terbiasa memendam masalah yang bisa dibilang berat. Jadi untuk hubungan, gue bisa sedikit menyampingkan itu.
Sampai akhirnya trip Februari gue berhasil dilaksanakan, selama 19 hari. Dengan penuh perjuangan, dengan penuh dukungan, I've passed it!!! Gokil. Gue bener-bener berhasil melampaui batas diri gue. Pulang dari perjalanan tersebut, gue merasa sedikit berubah. Gue lebih sering merasa kosong, lebih mudah tersinggung, dan lebih jadi pemikir. Entah negatif dan positifnya itu imbang.
Di satu sisi gue udah merasa jenuh kerja sambil kuliah, gue kerja di Kumon sejak Januari 2017. Yang berarti udah satu tahun lebih, dan gue kuliah. Sebenernya semester 6 ini cuma ada 6 mata kuliah, jauh lebih sedikit dari semester 1-5. Tapi entah kenapa gue jadi lebih sering merasa terbebani dengan itu. Gue mulai sedikit lebih malas kerja, dan segala macamnya. Seperti gue lagi berada di titik jenuh, tapi entah gue pun gak yakin.
Gue lagi di masa di mana gue sedang bimbang pada banyak hal, di mana gue juga sedang mengalami krisis ekonomi maupun krisis diri. Di mana gue juga gak tau harus melakukan apa yang pada akhirnya gue mengikuti alurnya aja. Karena gak ada perlawanan dari diri gue, ambisi gue seakan-akan perlahan luntur tanpa ada alasan yang jelas...
Di balik itu gue sedang berusaha untuk merubah diri gue setidaknya menjadi yang lebih baik lagi. Dari yang mulanya masih suka ngaret, sedikit-sedikit udah gue kurangin. Anyway, dibanding gue nunggu berjam-jam lebih baik gue mengelilingi Mall sampai gue bosen di bandingkan gue diem aja. Karena basically gue bukan termasuk orang yang sabar.
Tertanda, gue yang sedang pusing di sela-sela tugas kuliah dan menuju uas dan nunggu ngantuk...
No comments