Backpacker not Begpacker! (Fenomena Begpacker di Asia Tenggara)

Maraknya fenomena Begpacker makin ke sini makin merajarela, di saat kalian traveling tapi malahan nyusahin diri sendiri bahkan orang lain. Menyebut diri sebagai Backpacker tapi malahan berakhir menjadi Begpacker. Jadi kalian tau gak sih apa itu begpacker yang sebenarnya?

Well, apasih begpacker itu sendiri? Beg itu berasal dari bahasa inggris yang berarti mengemis. Yang berarti begpacker adalah mengemis demi melakukan perjalanan. Menurut kalian gimana? Etis gak sih? Kalian mau liburan, tapi minta orang lain yang memberikan dana. Emangnya kalian rela? Mending uangnya di pake buat traveling sendiri, ya gak sih?



Saya turut prihatin karena yang menjadi negara sasaran itu Asia Tenggara dan orang yang melakukan begpacker itu adalah orang Amerika dan Eropa. Sampai-sampai di Thailand memberikan peraturan untuk masuk negaranya ada minimum uang untuk berkunjung. Gila sih emang begpacker ini!

Bahkan pernah terjadi di Indonesia lho, ada 3 begpacker yang berasal dari negara Rusia yang bernama Julia, Alex dan Bufa yang mengamen di Bali. Untungnya meraka tertangkap basah ya saat lagi mengemis dan bisa segera di tindak lanjut. Miris banget sih memang.

Saya gak pernah nyaranin kalian untuk melakukan perjalanan dengan modal Rp0, karena itu pasti gak mungkin. Kecuali kalian di bayarin sponsor atau segala macam. Saya selalu memberikan solusi untuk yang ingin melakukan perjalanan dengan biaya hemat dengan cara Backpacking not Begpacking!!

Backpacking artinya kita yang mengatur seluruh ritme perjalanan kita dengan biaya yang minim, bukan tanpa biaya. Kita mengatur mana yang penting, mana yang tidak. Backpacking tentunya akan membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam mengatur sesuatu.

Dan apa yang akan di lakukan seorang backpacker ketika ia kehabisan uang di jalan? Mereka mempergunakan otaknya untuk berpikir! Bukan mengemis. Contohnya seorang backpacker panutan saya yaitu @backpackertampan atau yang biasa di panggil ndup. Dia cuma membawa 3jt untuk keliling India selama 30 hari, namun dia tidak mengemis sedikitpun namun menggunakan otaknya untuk bagaimana cara bertahan hidup dan mendapatkan uang. Dan cara yang dia lakukan adalah membuka jasa papersign (saya juga jadi terinspirasi untuk jasa papersign btw) haha.

Ini juga yang saya alami saat perjalanan saya mengelilingi ASEAN selama 19 hari, di Bangkok uang saya sudah mulai minim dan saya membuka jasa titip untuk membantu saya agar bisa bertahan hidup di Bangkok tanpa mengemis.

Sebenarnya gak logis banget buat para pelancong yang rela menurunkan harga diri nya untuk melakukan perjalanan dengan cara mengemis. Iba banget gitu rasanya.

Saran saya kalau kalian belum punya uang untuk melakukan perjalanan, jangan maksain! Mending nabung dulu, membuat perkiraan biaya dan segala macam. Kan gak lucu kalau misalnya kalian malah nyusahin orang di tengah jalan. Bikin malu jadinya.

Tulisan berikut cuma sebagai unek-unek aja karena mulai kesel sama begpacker yang akhirnya membuat para pejalan lain susah masuk negara yang di tuju. Hmm

1 comment

  1. Gara-gara para begpacker Kaukasia itu, seluruh turis kena imbasnya. Kalau lagi apes, bisa diminta menunjukkan uang tunai dan dipersulit di imigrasi. Rasanya memang agak gimana giut, ya. Mereka gampang banget masuk negara kita, sementara kita bikin visa aja harus ina inu, bayar mahal pula.

    Speaking of backpacker, masih banyak orang Indonesia juga yang salah kaprah. Dikiranya backpacker itu ngetrip serba ngiriiittt. Padahal maksud backpacker sebetulnya adalah melakukan perjalanan secara mandiri dengan mengesampingkan pengeluaran yang tidak perlu. Backpacker tidak berarti misqin, backpacker adalah trik untuk menyiasati pengeluaran.

    ReplyDelete