Pendidikan Moral di Era Globalisasi

Globalisasi banyak membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih, tentu saja membawa banyak perubahan, dari segi sikap dan juga perilaku.
Sayangnya, kemajuan tersebut menjadi dilematis. Di satu sisi membawa kemudahan-kemudahan, tapi disisi lain ada dampak buruk yang diakibatkan oleh penerapan ilmu pengetahuan dalam bentuk teknologi modern seperti maraknya krisis lingkungan, krisis nilai-nilai kemanusiaan dalam bentuk pelanggaran hak asasi manusia dengan meningkat jumlah pengguna senjata pembunuh massal, dan krisis moral (Samsuri, 2012: 73).


Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan moralitas sangatlah dibutuhkan agar tidak kehilangan jati diri kita sebagai warga negara. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan budaya barat sebagai ukuran gaya hidup untuk bisa disebut sebagai masyarakat modern. Tantangan yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan adalah pola hidup masyarakat sekarang ini cenderung bersifat individual, materialistis dan suka memandang remeh setiap perubahan yang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai moral. Dalam berbuat kejahatan banyak masyarakat sudah tidak lagi malu, bahkan dengan bangganya memamerkan perbuatan tersebut.
Moral yang terkikis, khususnya pada kalangan anak muda saat ini sangatlah memprihatinkan. Dari hilangnya rasa nasionalisme terhadap bangsa, rasa sopan santun, sikap menghargai orang lain dan yang paling memprihatinkan adalah pergaulan bebas. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat dan mempublikasikan angka kriminalitas di tahun 2014 dimana diantara 3339 kasus kejahatan terhadap pelajar, 62 persennya adalah tindak kejahatan seksual. Sebelumnya pasti kita sudah pernah mendengar berita tentang seorang siswi asal bengkulu yang bernama Yuyun kehilangan nyawanya dikarenakan kasus pemerkosaan dan juga pembunuhan yang keji. 7 dari 14 pelaku pemerkosaan dan pembunuhan Yuyun adalah anak dibawah umur.
Selang beberapa hari dari kasus Yuyun, datang lagi kasus pembunuhan lain yang sangat kejam dan juga sadis yang menimpa seorang karyawati bernama Eno. Perempuan berumur 19 tahun ini ditemukan tewas tak berbusana dengan gagang cangkul yang tertancap di kemaluannya. Eno tewas dibunuh 3 orang pria dan salah satunya masih dalam status pelajar SMP.
Melihat kasus-kasus yang terjadi, dimanakah peran pendidikan moral terhadap penerus bangsa? Padahal tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam pasal 3 menyebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.”
Sungguh miris melihat hancurnya sikap dan perilaku anak muda di jaman ini. Dengan kemudahan fasilitas internet anak-anak dapat dengan mudahnya mengakses video yang berbau pornografi dan pornoaksi yang banyak tersebar. “Yang muda yang berbahaya”, mungkin sepenggal kata itu sangatlah tepat untuk menggambarkan degradasinya moral anak bangsa.
Penanaman nilai moral harusnya ditanamkan terhadap individual sejak dini, juga penanaman nilai agama berperan penting dalam pembentukan karakter bangsa dan menjadi pedoman hidup agar tidak salah mengambil langkah disaat ia beranjak dewasa. Pentingnya agama dalam pembentukan moral agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam kehidupan sehari-hari. Sebab didalam agama mengatur tentang bagaimana cara berbuat baik kepada sesama manusia, mengatur hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dan Tuhan-nya dan budi pekerti yang luhur.
Bagi remaja yang tidak memiliki pegangan nilai moral dalam dirinya akan lebih mudah terpengaruh oleh perkembangan media massa. Televisi dan media lainnya menyajikan banyak sekali siaran-siaran yang menarik dan membuat remaja menjadi malas untuk belajar, dan banyak pula siaran televisi yang mengandung unsur kekerasan dalam film yang bisa saja merubah pola pikir juga meniru apa yang ia terima. Siaran Televisi terdahulu menyajikan Smack Down dari luar yang ditonton oleh anak-anak lalu ditirunya hingga ada korban dalam aksi tersebut.
Karena remaja masih memiliki jiwa yang labil, tidak memiliki pendirian yang teguh dan tentunya akan sulit mengendalikan diri sehingga akan mudah melakukan penyimpangan dan menimbulkan gejala baru yaitu krisis akhlak.
            Salah satu upaya untuk bisa membentengi diri agar tidak dengan mudah terbawa dan terjerumus ke hal-hal negatif yang ditimbulkan di era globalisasi ini ialah dengan menumbuhkan pendidikan moral di setiap warga negara. Pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan agar mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai moral dan kebudayaan masyarakat setempat.
Walaupun pendidikan moral tidak secara eksplisit diterapkan dalam kurikulum pembelajaran di sekolah-sekolah, tetapi bukan menjadi suatu masalah atau kendala untuk tidak menumbuh-kembangkan pendidikan moral. Pendidikan moral dapat diperoleh dan ditumbuhkan dari ruang lingkup yang kecil yaitu keluarga. Keluarga merupakan bagian terpenting seseorang untuk bisa menanamkan bahkan mengembangkan moralitas yang dimiliki agar tercipta etika individu yang baik sehingga dapat terbentuk etika koletif yang santun.


Ps; essay ini yang menghantarkan gue menang lomba essay juara 1 di kampus dalam acara rektor cup. dan gue akan terus belajar menulis lagi untuk kedepannya.

No comments