Menginap di Negeri Atas Awan Waerebo

Tulisan ini adalah lanjutan dari Dari Labuan Bajo ke Waerebo Mengendarai Motor yang sudah tayang lama! Maafkan keterlambatan update ini karena saya mager haha. Jadi saya akan berbagi cerita saat hiking dan menginap satu malam di Waerebo.

Menginap di Waerebo

Dari Pos 1 alias tempat penitipan motor, saya dan travel-mate saya beserta bapak John selaku porter kita melakukan pendakian. Saya yang baru beberapa bulan lalu melakukan pendakian ke gunung Prau (baca juga: Hiking ke Gunung Prau 200rb dari Jakarta) tidak terlalu merasakan capek karena kali ini saya tidak membawa apa-apa. Satu-satunya tas yang kami bawa, dibantu oleh pak John selaku porter kami. Namun namanya mendaki tetap saja capek haha. Perkiraan yang diberikan pak John untuk sampai ke atas kurang lebih 2-3 Jam untuk waktu normal, namun karena travel-mate saya belum pernah hiking dan juga jalanan yang berkabut kita sampai ke atas memakan waktu 4 jam.



Pos 2
Menurut saya perjalanan yang paling memakan tenaga ialah saat hiking dari pos 1 menuju ke pos 2, sisanya tidak terlalu menanjak. Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 benar-benar menanjak parah sih menurut saya. Ah ya, kita hikingnya di dalam hutan dan terkadang ada binatang buas juga, dan inilah mengapa peran porter menurut saya penting. Karena ia yang akan bertanggung jawab selama perjalanan kita ke Waerebo,  dan lagi setiap ketemu dengan warga sekitar yang habis mencari bahan dagangan di hutan porter membantu kita untuk berbicara dengan orang yang kita temui sepanjang jalan. Asik banget kalau di ingat! Ah ya, kalian nggak perlu bawa minum banyak-banyak. Karena ada aliran air mineral yang bisa langsung di minum. Segerrrrrrrr.

Desa Adat Waerebo



Kalau kalian sudah sampai di lokasi foto di atas, tandanya kalian hampir tiba! Porter kalian akan membunyikan kentungan tanda akan ada yang berkunjung. Suara anak-anak sudah terdengar dari sini. Saya semakin tidak sabar. Hal pertama yang kami lakukan ialah masuk ke rumah kepala adat dan kita melakukan upacara penyambutan tamu, di sini kita diminta membayar Rp20.000. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Manggarai dan artinya selama kita di Waerebo, kita adalah orang Waerebo dan bersaudara dengan para penduduk.


Usai upacara penyambutan tamu, saya diantar ke kamar utama dan baru ada 3 pengunjung laki-laki yang berasal dari Jakarta dan 1 keluarga yang terdiri dari 3 orang, Ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Kita diberikan minuman, boleh pilih teh atau kopi. Anyway, kalian harus banget nyobain kopinya ya. Dan di rumah utama ini sudah disediakan tempat tidur, bantal dan juga selimut.



Selesai penyambutan di rumah utama, niatnya mau langsung foto-foto tapi berkabut! Akhirnya kita menunggu dan saat kabutnya hilang kita buru-buru mengabadikan momen. Lalu tak lama warga membangun net untuk bermain badminton, dan saya juga akhirnya tertarik dan bermain badminton dengan mereka.

Makan malam!
Karena hujan dan sudah mulai gelap, kami masuk ke rumah utama dan persiapan makan malam dengan tamu-tamu lainnya. Masalah kamar mandi kalian nggak perlu khawatir, bersih banget! Makan malam kami ayam dan juga sayur labu. Untuk masalah listrik, disediakan charger untuk charge, jadi tenang aja. Dan di sini juga di sediakan banyak souvenir, makanan, tenun dan juga kopi apabila kita ingin membeli tinggal bilang dengan penjaga di kamar utama.


Oleh-Oleh Waerebo



Semakin malam, semakin banyak tamu yang datang. Yang paling ditunggu sebenarnya foto ala-ala milky-way gitu. Tapi bintangnya tidak sebanyak yang kita perkirakan. Saya, travel-mate saya dan 3 orang yang dari Jakarta ditambah lagi 2 orang dari Sumatera ini jadi tiba-tiba akur karena foto haha. Kita melakukan percobaan foto dari sekitar jam 8, dari hujan, gerimis sampai berhenti. Tapi bintangnya tidak ada. Jam 10, lampu di seluruh rumah di Waerebo dimatikan. Mulailah satu persatu bintang bermunculan, tapi sekali lagi skill berfoto sangat di uji. Akhirnya travel-mate saya bisa mengabadikan momen milky-way tersebut. Keren banget huhu.

Milky Way di Waerebo


Cuaca semakin dingin karena habis hujan, dan juga ini diatas ketinggian 1100 MDPL. Saran saya adalah membawa baju yang nyaman dan jaket yaa. Akhirnya kita memutuskan untuk tidur dan bangun pagi untuk lihat sunrise, tapi sayangnya lokasinya kurang tepat dan tidak terlihat.


Sarapan Pagi di Waerebo

Negeri Atas Awan Waerebo

Pagi hari kita disediakan sarapan nasi goreng, lengkap dengan pilihan minum teh atau kopi yang dihidangkan. Ah ya, makan di sini biasanya menunggu semuanya kumpul di ruang tengah, baru kita bisa makan. Dan memang lebih asik makan bersama-sama sih.

Backpacker ke Waerebo


Untuk turun trekking, kalau kalian lambat usahakan jam 8 sudah turun agar tidak terlalu malam sampai di Labuan Bajo. Sedikit informasi, biaya menginap di Waerebo adalah Rp350.000 sudah termasuk makan dan juga minum. Untuk PP kalian juga bisa, dan dikenakan biaya Rp250.000, menurut saya mending menginap semalam karena sayang banget kan sudah jauh-jauh hehe.


Desa Adat Waerebo

Sekian informasi mengenai Menginap di Negeri Atas Awan ini, apabila ada yang ingin ditanyakan dipersilahkan, semoga membantu! :)

3 comments

  1. Hai kak,
    Kalo bawa barang banyak (rencana mau touring pake motor dari Bali), apakah di desa Denge ada tempat khusus penitipan barang? Ato mesti booking kamar penginapan? Haha
    Thanks!

    ReplyDelete
  2. nggak harus booking kamar kok kak, titip di rumah warga lokal aman kok. di desa denge nanti pasti ada yang ngajak ngobrol kok :)

    ReplyDelete
  3. kak, yang ini -> ((Sedikit informasi, biaya menginap di Waerebo adalah Rp350.000 sudah termasuk makan dan juga minum. Untuk PP kalian juga bisa, dan dikenakan biaya Rp250.000))

    itu per orang kan, dan dibayarkan dimana ya? ke warga desa waerebo nya apa ke pemandu? makasih

    ReplyDelete